Dinamika Efisiensi Antara Kebijakan, Stigma dan Realitas

oleh -1,456 views
oleh
Gerakan unjuk rasa mahasiswa dari sejumlah elemen kampus di Jakarta 17 Februari 2025 bertajuk “Indonesia Gelap” (foto : Masbung/Liputan Kaltara)

Kemudian, ketika kita amati lebih lanjut konsep kebijakan SBY dan Jokowi hampir sama yaitu dengan memberikan subsidi konsumsi kepada masyarakat dengan tujuan agar daya beli masyarakat meningkat, inilah yang membangun stigma dimasyarakat bahwa “siapapun presidennya kehidupan masyarakat akan tetap sama”. Sesuai dengan konsep Consumer behavior.

Seiring dengan meningkatnya subsidi dan pendapatan riil, konsumen dapat mencapai tingkat keseimbangan baru yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh perpindahan titik keseimbangan ke kurva kepuasan yang lebih tinggi, di mana mereka mampu mengakses lebih banyak barang dan jasa tanpa mengorbankan pilihan konsumsi lainnya.

“Dengan daya beli yang lebih besar, konsumen memiliki kesempatan untuk menikmati kombinasi konsumsi yang lebih optimal, sehingga meningkatkan tingkat kepuasan atau utilitas mereka,” tuturnya.

Bagaimana dengan masa Prabowo-Gibran?. Jika merujuk pada visi-misi Prabowo yang menekankan pada kemandirian pangan dan energi, kemungkinan besar subsidi akan difokuskan pada sektor pertanian dan industri dalam negeri.

Subsidi pupuk dan bantuan kepada petani serta nelayan berpotensi ditingkatkan. Selain itu, ada kemungkinan subsidi energi tetap diberikan dengan skema yang lebih selektif agar tepat sasaran. Namun, terdapat kebijakan kontroversial, yaitu ‘Efisiensi Anggaran’.

No More Posts Available.

No more pages to load.