“Sebenarnya kalau kondisi mesin PLTD dan PLTMG hidup normal semua cukup memenuhi pelanggaran listrik sampai 17.2 MW,” ujarnya.
Raka menerangkan, penambahan 2 mesin di PLTD di Sei Bilal berkafasitas 2 MW bulan Oktober 2023 diperkirakan mampu mengatasi krisis kelistrikan Nunukan, namun prediksi tersebut meleset akibat kerusakan mesin.
Secara bersamaan, kebutuhan listrik masyarakat di sepanjang bulan Februari naik sekitar 0,8 MW, sedangkan PLN Nunukan tidak mampu memaksakan mesin beroperasi maksimal sepanjang hari tanpa istirahat.
“Kami upayakan seminimal mungkin memadamkan listrik, tapi dilihat lagi dari kemampuan mesin, semakin banyak rusak, semakin panjang durasi padam,” bebernya.
Daya puncak pemakaian listrik masyarakat terjadi antara pukul 18:00 Wita sampai 21:00 Wita, namun sejak memasuki pemilu dan pengaruh cuaca panas daya listrik pelanggan sangat tinggi di malam hari.
Upaya memaksimalkan pengoperasian mesin sepanjang hari dikhawatirkan malah merusak performa mesin pembangkit, karena itulah, PLN Nunukan terpaksa mengistirahatkan sejumlah mesin dalam kurun waktu yang cukup.
“Kalau dipaksakan hidup terus malah bisa merusak mesin yang dampaknya semakin besar bagi pelayanan listrik di Nunukan,” ucapnya.
Raka mengaku telah menyampaikan persoalan kelistrikan di Nunukan kepada pimpinan PLN Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur, dengan mengusulkan penambahan 4 unit mesin berkapasitas 4 MW terdiri 3 unit mesin listrik diesel dan 1 unit mesin gas.