“Kami lagi mencuci tali bentangan tiba-tiba buaya melintas di sungai, kalau sudah begitu mau diapakan lagi, sudah terlanjur ada buaya di sana terpaksa diam,” ujarnya.
Kamaruddin meminta Pemerintah Nunukan bisa mengatasi keluhan warga atas semakin banyaknya buaya berkeliaran di pemukiman penduduk, apalagi buaya-buaya ini pernah memangsa warga hingga meninggal dunia.
Pemerintah Provinsi Kaltara di tahun 2018 pernah mengambil tindakan dengan merencanakan lokasi khusus penangkaran buaya seluas 10 hektar di Sei Lancang Nunukan, namun rencana ini tidak terealisasi hingga sekarang.
“Mantan Gubernur Kaltara Irianto Lambrie pernah memberikan lokasi penangkapan buaya di Sei Lancang, tapi tidak ditindak lanjuti lagi,” bebernya.
Maraknya buaya di pesisir sungai secara tidak langsung menghambat pekerjaan petani rumput laut karena ada rasa was-was dan keraguan ketika beraktivitas di air. Namun, rasa kuatir ini dikalahkan oleh tuntutan ekonomi.
Warga dipaksa untuk membiasakan hidup berdampingan dengan hewan predator pemangsa, warga juga harus berdiam diri ketika buaya-buaya itu semakin aktif bergerak masuk ke lokasi pemukiman penduduk.
“Pernah ada buaya kuning dan hitam berukuran sekitar lebar 60 centimeter berkeliaran di sungai dan pemukiman penduduk, keadaan ini sangat bahaya jika dibiarkan terus,” ungkapnya.