Daya Beli di Nunukan Turun, Harga Sembako Jelang Nataru Terpantau Stabil

oleh -374 views
oleh
Aktifitas perdagangan di pasar sentral tradisional Inhutani Nunukan

NUNUKAN.LK – Harga dan ketersedian sembako jelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025 di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara terpantau stabil. Tidak ada kenaikan signifikan terhadap kebutuhan bahan pokok.

Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Koperasi, UMKM Perindustrian dan Perdagangan (DKUKMPP) Nunukan, Dior Frames mengatakan, bahwa pihaknya rutin melakukan pemantauan sejumlah pasar tradisional dan gudang-gudang distributor untuk memastikan stok barang.

“Untuk stok barang saat ini tercukupi dan tidak lama lagi ada kapal Sulawesi maupun Surabaya masuk ke Nunukan mengangkut barang-barang,” kata Dior, Selasa (17/12/2024).

Belum adanya kenaikan signifikan terhadap harga – harga kebutuhan pokok dipengaruhi oleh melemahnya daya beli masyarakat. Kondisi ini tidak lepas dari dampak ekonomi global dunia yang cenderung kurang baik.

Para pedagang sembako kesulitan menjual habis barang-barang karena lemahnya daya beli masyarakat, Deflasi terhadap perekonomian Nunukan ini terjadi sejak pertengahan tahun 2024 hingga di penghujung tahun.

“Biasanya orang beli beras 15 kilogram, sekarang paling orang beli 5 kilogram dan rata-rata pedagang pasar mengeluhkan menurunnya daya beli masyarakat,” ucapnya.

Meski harga terpantau normal, Dior melihat ada kenaikan di komoditas sayuran dan bumbu dapur seperti bawang merah dari Rp 40.000/kilogram naik jadi Rp 50.000/ kilogram, bawang putih dari Rp 30.000/kilogram naik Rp 40.000/kilogram.

Kenaikan juga terjadi pada tomat dari Rp 15.000/kilogram naik menjadi Rp 17.000, sedangkan harga bawang bombay dari Rp 20.000/kilogram menjadi Rp 25.000/kilogram. Kenaikan sayuran dan bumbu dapur terbilang masih normal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Jelang perayaan hari besar keagamaan bisanya harga bumbu dapur meningkat bersamaan tingginya permintaan pasar,” jelasnya.

Dior menuturkan, melemahnya daya beli masyarakat secara tidak langsung memperlambat perputaran uang dan distribusi barang masuk karena sebagian pedagang memilih untuk menghabiskan sisa-sisa barang.

Sebagai contoh, harga cabe rawit lokal Nunukan biasanya dijual Rp 70.000 hingga Rp 90.000/kilogram hanya dijual Rp 50.000/kilogram, turunya harga ini disebabkan stok barang sudah terlalu lama, sehingga mengurangi kualitas kesegaran cabe.

“Harga jual sayuran tergantung kualitas kesegaran barang, semakin lama barang semakin turun harga jual karena tidak segar lagi,” bebernya.

Turunnya daya beli masyarakat berlaku pula untuk komoditas tepung, telur, minyak goreng, beras dan daging ayam dan ikan, tidak ada kenaikan harga signifikan pada produk – produk ini meski sudah mendekati perayaan natal.

Kecenderungan naiknya harga selalu ada apabila stok barang berkurang dan adanya oknum melakukan penimbunan barang. Untuk itu, DKUKMPP Nunukan aktif memantau stok barang di pasar – pasar dan gudang distributor.

“Kita lakukan pemantauan secara berkala di pasar-pasar tradisional untuk memastikan stok barang dan mengatasi jika ada permainan harga jelang Nataru,” tutupnya.