NUNUKAN.LIPUTAN.KALTARA – Kemarau panjang dan kekeringan mengancam kawasan persawahan di perbatasan pulau Sebatik, kabupaten Nunukan. Petani dihantui oleh kemungkinan gagal panen
“Lahan persawahan seluas 50 hektar di Sebatik sudah ditanami benih-benih, kalau kondisi alam begini kemungkinan benih akan mati,” kata Kepala Bidang Infrastruktur Sarana Pangan dan Prasarana Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Nunukan, Sambiyo
Potensi gagal panen lahan persawahan dapat dilihat dari minimnya curah hujan dan hampir tidak adanya sumber air yang masuk ke persawahan. Padahal hasil padi di Sebatik sangat dibutuhkan warga dalam membatasi kedatangan beras luar.
Tidak sebatas kekeringan biasa, kemarau di awal tahun menciptakan retakan – retakan pada tanah akibat tidak adanya genangan air yang masuk, bahkan bagian lumpur di lapisan bawah tanah ikut mengering.
“Retakan pada tanah itu akibat lumpur di bagian bawah sudah mengering, jadi tanah bagian atas pecah,” sebutnya.
Minimnya pasokan sumber air di pulau Sebatik tidak lepas pula dari semakin meluasnya pembukaan dan penambahan lahan perkebunan kelapa sawit masyarakat yang berada di sekitar perbukitan.
Untuk mengatasi kekeringan ini, (DKPP) Nunukan mengusahakan pembangunan sumur bor guna mengurangi kekeringan sawah agar benih – benih padi yang sudah tumbuh mendapat resapan air.
“Solusinya mungkin bisa membuat sumur bor agar petani tidak merugi atau bahkan tanaman mati total ya,” ucapnya.
Sambiyo menuturkan, petani Sebatik baru saja melakukan penanaman benih di bulan Januari, dengan usia tanam sangat muda itu, benih-benih rentan akan mati akibat kurangnya air yang masuk di lahan persawahan.
Jika dalam kondisi sumber air cukup, hasil panen padi di persawahan Sebatik mampu menghasilkan 5 ton tiap hektar, hasil panen berlimpah ini menciptakan semangat baru bagi petani terus meningkatkan luasan sawah.
“Mereka baru selesai panen bulan lalu, saking semangatkan hasil panen bagus, mereka kembali tanam benih tanpa memperkirakan cuaca kemarau panjang,” jelasnya.
Petani sawah di pulau Sebatik rata-rata memiliki lahan perkebunan sawit yang cukup lumayan untuk dijadikan sebagai penghasilan tambahan, bahkan ada yang memiliki usaha budidaya tanaman rumput laut.
Penghasilan tambahan ini sangat membantu ekonomi masyarakat di Sebatik, namun begitu, Sambiyo meminta lahan persawahan tidak ditelantarkan karena terlalu asik dengan usaha lain yang hasilnya cukup menjanjikan.
“Luasan lahan persawahan di Kabupaten Nunukan mulai berkurang semenjak usaha rumput laut jadi primadona, nah ini yang perlu diperhatikan jangan sampai semakin habis,” tuturnya.